APA SIH PUISI?

Nihilisme dalam Historisitas Puisi

Puisi bukan makhluk berakal yang bisa menentukan dirinya sendiri. Puisi adalah makhluk yang terhukum dalam qonun yang dia sendiri tidak pernah ikut melegitimasi. Upaya untuk menjadikan puisi sebagai subyek bagi pembaca dalam ruang otonom pemaknaan merupakan suatu agenda untuk membuat puisi sebagai "wilayah netral". Upaya ini sejauh di tingkat penalaran teoritis cukup masuk akal. Namun begitu bukan berarti tidak memiliki kerawanan dalam sistemnya sendiri.

Puisi adalah sejarah: ketika puisi dicipta seorang penyair dan terlantar dalam hening, puisi seperti penjara tanpa narapidana: nihil. Dan kenihilan ini bersifat histories. Dan karena itu memiliki qonun yang mustahil ditolak oleh puisi itu sendiri. Historis yang nihil ini ada sejauh penyair dan membaca membuatnya terkapar dalam kediriannya. Ini artinya puisi tidak lain adalah kata benda yang tidak bernyawa, tidak eksis terhadap kesadaran sendiri. Namun dalam takdir semacam itu (nihil), puisi terikat kontrak dengan zaman dan peristiwa yang harus menerima ketentuan-ketentuannya: Seperti batu, meski ia tak berfungsi, tak bernama dan tak bermakna, ia akan dihancurkan oleh usia yang dia sendiri tidak pernah menghitung dan menyadarinya.

Kondisi nihil-historis ini ketika diadopsi sebagai sejenis konsep atau kredo, akan mencair dan menguap. Karena nihilisme tidak mungkin ada melalui pemaknaan, pembacaan, atau pemetaan karena konsep dan kredo mengandaikan suatu kerja pemberian makna dan peristiwa kepada yang nihil. Paradoks ini tidak bisa di terima alias runtuh dalam asumsinya sendiri, karena tidak mungkin makna dan peristiwa bertemu dalam suatu ruang dan peristiwa yang sama: konsep, kredo dan pembacaan adalah monopoli manusia tentang makna.

Monopoli pemaknaan ini mengacu kepada upaya obyektivasi puisi oleh manusia, atau subyektivasi manusia atas puisi: puisi dan manusia membangun hubungan resiprokal yang bersifat kanibalistik pada level pengetahuan, untuk selanjutnya membentuk nalar yang ekspolitatif dalam pemaknaan. Disebut kanibalistik karena puisi adalah manusia (penyair dan pembaca) yang direproduksi dalam bentuk lain, yang dikeluarkan dan subyek-berketubuhan untuk selanjutnya menjadi obyek bendawi melalui reifikasi sebagai konstanta netralitas puisi tersebut.

Sejauh ini konsep dan kredo kepenyairan di Indonesia terlena dalam pola penalaran tadi. Lebih jauh dari itu, arah teori sastra pun ikut tergoda untuk terperosok dalam ignoria ini. Pandangan Charil Anwar dalam bahwa "sebuah puisi yang menjadi adalah sebuah dunia" jelas melakukan subjektivasi terhadap puisi dan ini mengandaikan ada upaya menjadikan penyair membunuh dirinya sendiri (dibunuh puisi yang diciptakan sendiri. Sutardji Chalzoum Bachri dengan kredo membebaskan makna dari benda justru lebih fatal, karena bagaimana ia membebaskan makna dari benda sementara ia membutuhkan puisi? Tardji tidak lebih sedang meradikalisir reifikasi puisi di tingkat yang lebih ekstrim. Sementara Afrizal Malna dengan inosensi kebendaan puisi malah justru terjebak pada premis pertama tentang puisi yang terhukum seperti penjara tanpa narapidana: penjara itu sendiri yang tersiksa dalam kekosongannya sendiri karena penyair menolak dihukum di sana. Penyair adalah terdakwa yang diputus bersalah namun lebih memilih sebagai buron alias residivis pengecut !

Untuk menyelamatkan diri dari ignoria nihilisme-sejarah puisi ini perlu adanya suatu koreksi terhadap belenggu dalam nalar dan pengetahuan yang selama ini mengendap dalam kesadaran. Perlu dicari akar kultur dari semua ini, antara lain dengan membongkar mekanisme dan strategi yang mengendap dalam sejarah panjang bangsa ini, (khususnya sejarah estetikanya): Sejak zaman Nusantara, datangnya VOC, kolonialisme, berdirinya Negara-Bangsa, Pujangga Baru, Gelanggang dan sampai jaman kita-kita sekarang. Tanpa itu, estetika yang dirumuskan akan tetap mewarisi pola-nalar yang syarat dengan kerapuhan (justru) dalam intelektuasisme yang digembar-gemborkan. (sumber radith)

Komentar :

ada 0 Komentar ke “APA SIH PUISI?”

Post a Comment

Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam

 
Cheap Web Hosting