Foto: Rumi |
Bali, SamudraBiruCinta.com._Dahulu kala terdapat seorang Lelaki yang menikahi seorang wanita yang, mungkin secara santun dapat disebut, menyusahkan. pernikahan itu bahagia, kecuali satu hal; si istri selalu berbohong pada suaminya. kebohongan juga terjadi pada suatu hari saat si suami mengundang seorang teman dekatnya untuk makan malam. kerna tamu itu teman karibnya, dan ingin menghormatinya, lantas dia membeli daging yang bagus dari seorang tukang jagal.
"Masaklah daging ini," katanya pada istrinya, "sebab malam ini kita kedatangan tamu." setelah berkata demikian sang suami pun berangkat menuju tempat kerjanya. dalam benaknya sudah terbayang jamuan makan yang menunggunya petang nanti.
beberapa jam kemudian, tatkala sang surya masih tinggi, si istri yang serius memasak daging itu, mulai merasa lapar.
"yang akan kulakukan, " dia menalar dengan logika yang selalu dibanggakannya, " adalah memasak daging itu dan memakannya seiris tipis. cukup untuk menenangkan perutnya yang kosong, tapi sangat kecil sehingga suamiku dan tamunya tak akan memperhatikan."
akan tetapi, yang dia lupakan adalah bahwa pikiran yang terlintas saat rasa lapar melanda memiliki logikannya sendiri. segera saja daging itu masak dan aromanya, campuran berbagai bumbu yang lezat memenuhi ruangan; dan tak lama kemudian, setelah sesuap demi sesuap, setelahnya "oh, seiris lagi tak mengapa". sesudah "aku akan potong bagian sebelah sini agar potongannya rapi", daging itu pun habis.
astaga! si istri tak punya uang untuk membeli sepotong daging lagi. apa yang akan suaminya katakan di hadapan tamu mereka? hanya ada satu pemecahan, pikir si istri. dia akan bilang pada suaminya bahwa seekor kucing memakan daging itu.
dan itulah yang dilakukannya. "oh, suamiku!" dia berlari memburu suaminya dengan air mata terurai saat suaminya pulang kerja sore itu. "kucing itu ... kucing itu telah memakan daging itu!"
"kucing memakan daging itu?" ucap sang suami yang jelas tercengang.
"semuanya," kata si istri dengan gugup.
"semuanya?"
"semuanya."
selama beberapa saat sang suami tercenung. kemudian dengan suara keras dan mengancam dia memanggil pelayannya. "ambilkan aku kucing itu .. dan timbangan."
setelah pelayan melakukan apa yang diperintahkan, sang suami menimbang kucing itu lalu mengangguk-angguk sendiri, merenung dan wajahnya nampak bingung.
"kucing ini menyantap semua daging itu?" tanyanya sekali lagi.
"seluruhnya."
"kalau begitu ini adalah keajaiban!" seru sang suami dengan nada keras.
"keajaiban apa, suamiku tersayang?" tanya si istri selugu orang yang baru saja memakan tiga pon daging.
"pagi ini aku membeli daging seberat tiga pon." sang suami berpaling kearah istrinya, sembari menenteng kucing itu. "kucing ini bobotnya tepat tiga pon. jadi beri tahu aku istriku tersayang?. kalau ini kucingnya, lantas di mana dagingnya? kalau ini dagingnya, lalu di mana kucingnya?"
dari cerita tersebut, Rumi menyimpulkan, " Kalau engkau memiliki tubuh, lantas di mana jiwanya? kalau engkau adalah jiwa, lalu tubuh itu apa? itu bukan masalah yang harus kita risaukan. Keduanya serupa. jagung adalah sama dengan biji jagung atau batang pohon jagung.
sumber pelengkap;
the kingdom of joy untaian "kisah menawan dari Matsanawi Rumi"
http://samudrabirucinta.blogspot.com
the kingdom of joy untaian "kisah menawan dari Matsanawi Rumi"
Komentar :
Post a Comment
Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam