69 Kumpulan Status Facebook I



1. berteman debu sepanjang jalan. meniti hari penuh keyakinan. masamu akan tiba kawan. jangan menyerah hanya kerna sebuah kerikil kecil yang mencoba mengganggu perputaran Jalinan cita dan cinta yang sudah terpancang.

2. papan tulis kehidupan menunggu untuk dilukis di sepanjang jalan. kendati onak duri menghadang, tak surut langkah wahai kawan. tetaplah memegang pena tinta emas. datang kemenangan meraih masa depan.

3. saat gamang melendanglendang. serupa malam bentangkan hitam kelam. lantunkan simfoni kalam Ilahi agar tenang menaungi hati.

4. ilalang: ilalang itu agung dia dapat tumbuh dipuncak gunung. meski terkadang kering dan tak kita hirau. begitupun hijau daun bagi insan yang senantiasa rendah hati pada sesama.

5. sebuah roket yang diluncurkan ke ruang angkasa, senantiasa dikendalikan di bumi agar tidak keluar dari orbit, nol koma per sekian derajat apabila melenceng tak akan sampai tujuan. lantas bagaimana dengan seseorang? apabila saran terbaik kita diabaikan lantaran tertutup debu ego? merasa paling kuat, paling hebat? lebih baik diamkan saja, energi positif kita untuk yang lain. ya?

6. ah, engkau salah menilai. aku bukan lelaki muda romantis. aku hanya mampu secara sederhana saja apabila kelak di setiap lelah, letih, juga lelapmu, wahai? dengan sepenuh hati melalui bibirku akan aku bisikan lirih. dari ujung kaki jenjangmu hingga ujung hitam rambutmu yang tergerai panjang itu. bagaimana?

7. kita semua terhubung. kita semua ke Satu; menuju-Mu.

8. lamunan nakal: pucukpucuk daun di halaman depan melambai. bergoyang meliuk oleh siliran angin mengalun gemulai. serupa liukan para penari di ipanggung balai desa senja tadi. ah, sukreni gadis bali kembang desa sekelebat terbayang menari: kilat menyambar, membuyarkan lamunan!

9. titian: biarlah aku membangun sebuah perjalanan dari untaian waktu. menulis papan tulisku. walau penghianatan berarak mengintai semu. serupa pesona palsu bermain di belakang kitakita.

10. mutiara akan berkilau selepas melewati masa, wahai? dekap duka lara menjadi indah pada waktunya. terhampar bersinar serupa kunangkunang di gelappekat malam.

11. aroma kopi di depanku masih saja menggoda rasa. seperempat kini tinggal airnya, hitam legam warnanya seperti bercerita padaku bagaimana ia melalui perjalanannya hingga akhirnya menerjang kerongkongankudi kedai ini. ah, betapa banyak ilmu yang dapat terurai gumamku. cap bibirku masih nampak melekat di lingir cangkir porselen cina putih susu itu.

12. meski sekujur tubuhku menggigil dingin tak mengapa. aku rela menghampar menjadi rerumputan lembut, permadani yang menjagamu dari pucuk-pucuk duri. menjadi alas kakimu agar tetap bersih suci hingga nanti. sebelum langkahmu terhenti dan menepi di sisi ujung istirah malammu.

13. saat ku tuliskan sebait sajak cinta untukmu. sejak itu pula kau balas aku dengan jejak semu membisu.

14. saat sendiri: di luar gerimis semakin melukis kerinduan, sembari berharap melihat senyummu di selasela kilat. sebatang rokok putih terselip diantara jemari. mencoba mengekalkan suhu tubuhku yang mulai menggigil runcingnya malam.

15. masih gerimis! kini mengapung, seriring puluhan bibit pohon rindu merambati hatiku. ah, januari semakin menenggelamkan anganku, tentang kidung di tepi pantai sunyi yang telah kau tinggalkan.

16. laut tak tidur, riuh berdebur sepanjang waktu. kendati hening malam tampak tenang membuai. bila gelombangnya menemu angin tak sedap. dapat merubah haluan seketika ribuan ton kapal berat.

17. kenapa dara? adakah yang dapat aku lakukan untukmu? katakan, diammu membuat tanya. aku bukan ahli membaca bibir yang terkatub tak bertutur katakata.

18. surat kepada sajakku: wahai, sajakku hendak kemana? bila lapak-lapak dihalaman tak ada tempat buatmu? tahukah sajakku? orang-orang diluaran sana mengira kamu sedang ngigau di siang bolong! katamu" kisanak? mengapa pedulikan mereka? biar, biarkan saja! kerna kita terlahir dari rahim hati bukan?

19. aku ingin selalu menjadi hamparan pagi melihat senyummu setelah semalam mimpi tentang istana cinta yang sedang di bangun. aku ingin selalu menjadi hamparan pagi agar aku dapat melihatmu disetiap waktu dengan gaun putih susu, melambai di terpa dingin pagi.

20. tunggulah sebentar, kekasih? ijinkan ku bisikkan di telingamu, duhai "malam ini biarkan ku lukis kamu" dengan warna biru.

21. teringat: terlelap di pangkuan ibu. sembari tangannya yang terampil menganyam tikar. di selesaikan hingga subuh menjelang. sesaat berjalan beriringan bersama kawankawanya menyusuri rel kereta yang sunyi lengang. menggendong hasil sulaman. menuju pasar tradisional demi lanjutnya kehidupan kami.

22. o kirana, di tangga jelang tengah malam bayangmu mulai nakal sayang?

23. taut dan kait dalam kehidupan; terkadang tanpa kita sadari Dia mengirim seseorang untuk menggenapkan asa yang dulu hanya dalam angan dan janji yang belum terpenuhi, hingga bersua seseorang dengan caraNya. menerima dan memberi sebuah kata sederhana yang membuat sebuah jalinan mengakar hingga Akhir bagi yang berfikir.

24. ah, mulai merambat sunyi saatnya melukis malam dengan kanvas hati. di manapun engkau sembunyi? mata kanvasku tetap dapat melihatmu. jangan lagi engkau bermuslihat lagi ya?

25. siliran angin malam membawa kabar. tentang engkau sahabat. di kota sunyi aku menunggu penuh harap. berjabat erat, mengeja kata meski sederhana tapi penuh makna.

26. abjad di bentang langit: hamparan abjad di atas awan menunggu. di tepi jurang kebebasan. di tiap tarikan nafas. gema terbelenggu. sabda raja kecil pujangga kata. ah, pisauku kan ku bawa ke pandai besi. kelak menusukmu tepat di ulu Kata.

27. malam nanti akan aku bawakan sekaranjang cinta. aku pilihkan dari pohon kasih di halaman pondok sederhana. sengaja memang aku bawakan yang belum matang, agar engkau bisa simpan lama. hingga aku datang kembali menemuimu dan kita nikmati bersama.

28. mengapung di lingĂ­r pagi, detik berganti merambatĂ­ hari. jejakjejak telah di pijak. mencatat yang terlewat, pun terhadap niat kita.

29. setiap kata khianat yang lewat, meleleh. menjadi kalimat sambung tak berujung. berawal dari satu mulut berpendar mengajak serta.

30. cermin: lelah letihmu bukannya engkau yang ciptakan sendiri? usaikan resahmu, bersihkan cermin di sudut kamarmu, debu yang melekat itu melukiskan betapa engkau telah lama mengabaikannya. larut dengan cermin orang lain. hingga kerakmu tak nampak kerna kotornya. lihatlah? bingkainya kian rapuh. jangan tunggu sampai rubuh. menimpa ragamu yang kian lusuh.

31. kangen pada tatapan matamu. kapan beningnya yang serupa telaga itu, menenggelamkanku kembali?

32. dan seperti biasa menikmati sunyi, bercumbu dengan eja kata di gelap malam. sendiri, lembaran putih menunggu sedari senja menunggu tarian pena melukis suasana hati.

33. para pujangga: di tiap nama ku pahat. dalam ruang ingatan. bingkai kayu wangi hiasi tepi. tahukah engkau? wahai pujangga kata, hidangan yang kau sajikan kenyangkan rasa. merasuk ke relung jiwa: tak sebatas singgah di lidah semata.

34. baiklah tuan besar, aku akan melangkah keluar sejauh yang engkau mau, dari istana yang tuan puja. dulu digadang juga diharap. habis masa panen tak dianggap. tapi sebelum tapak tak nampak, ijinkan menempa besiku selagi panas dibungkus bara. akan aku jadikan pena dan kugoreskan di lembaran duka lara yang tuan dan nyonya hadiahkan padaku tiap harinya.

35. o,Gusti aku melihat para lelaki juga wanita terlibat percakapan sengit. di nadi deretan huruf mati meregang. genderang perang ditabuh. lidah-lidah menjulur adu panjang. berdebat serupa anak kecil berebut gula-gula. wahai! itukah caramu? mengajari kami menemu hakikat kata? adu kekuatan seakan paling digjaya? sementara di luaran sana para penikmat baca tak jua mengerti hingga larik akhir sajak kita.

36. malam mulai merambati menuju pagi. aroma siliran bunga kata-kata di tiap beranda yang tertata kian membuai para perindu yang sedang dilanda rasa. semoga silirannya tidak membawa derita namun bahagia tercipta.

37. serupa layanglayang yang terbang di bentang langit siang. begitulah, hambatan angin yang datang berlawanan justru membuatnya terbang. begitu pun kita, dan semoga tali-Nya tetap terkendali, merunduk tatkala diberi tempat yang lebih tinggi. tak pula surut langkah sekalipun rintangan menerpa.

38. lantunan tembang sumbang mengiringi pertemuan. di tepi senja, ikatan-ikatan suci terabaikan kerna daya pesona palsu. topengtopeng mulai dimainkan. di panggung pinggir jalan bahkan di dalam istana. o, negeri jenis karetkah ini? pesona sesaatkah yang mereka cari? entahlah semoga tidak masuk dalam perangkapnya yang membuai.

39. seperti yang sudahsudah mimpi semalam tercipta kembali. serupa susunan anak tangga menuju puncak bukit hening. lunaskan beban pekikkan kebebasan. diantara ilalang kering kita sulam satusatu menjadi bilik hangat tempat untuk memadu saat rehat.

40. terasa guliran waktu memaksaku percepat laju langkah. hiu-hiu kecil kehidupan berkejar kejaran di belakangku. menggenapkan rasa yang telah tertinggal di awal kita jumpa dulu. bilakah engkau mau bersabar wahai jelita? pohon rindu itu akan berbuah asmara yang menggelora. saat kita sampai ditempat bersama Ridho-Nya.

41. sederhana laku menapak laju. diantara gemerlap dunia yang fana. mengurung,menuntut kita pada perubahan. di sela untaian kata kalimat. di hamparan bungabunga indah tertata di taman baca sastra. turut mencipta karya. kendati onak duri menghadang. menelikung di tengah saat lengah. tiada lelah, tetap melangkah.

42. malam ini ku pungut satu-satu. dengan hati, ku letakkan di keranjang sanubari.

43. lajurmu menurutmu benar namun sayang kamu terlalu ke tengah hingga terkadang lengah tertabrak hingga berkali-kali. garis marka engkau sangka jalan benar, padahal dia pemisah dan petunjuk agar engkau lebih waspada saat gelap malam dan kabut yang menipu!

44. berita tengah hari terbawa angin. dahan ranting patah melukis keadaan. sepotong bayang. di antara resah dan tenang hilir mudik melintasi dimensi diambang gamang. aku? dalam setia menunggu kelahiran yang engkau janjikan. tahukah engkau, wahai? sudah aku siapkan ruang ruang penyambutan.

45. puluhan sajak cinta telah kubuat. lipatan waktu pun sudah setengah tanggal. sampai kapan engkau akan bersembunyi di balik mendung? sementara tunas di hati ini kian tumbuh.

46. boleh aku berkabar padamu kawan? sendiri di tepi pantai prasi, pasir putih serupa manikmanik berkilau diterpa terik. samar terlihat di timur pulau lombok juga di selatan daya ada nusa penida. bila engkau ke Sini, aku temani tentu saja. kita sua dan bertukar kisah bahagia.

47. o, sekian waktu berselimut risau, ingin segera mengakhiri. melipat, ku cuci, kumasukkan dalam peti ku kubur tanpa iringan do'a-do'a. musnahlah sudah! datang kebebasan genapkan kemenangan. bismillah.

48. jika benar itu sejiwa. engkau tidak perlu pertanyakan buat apa leburkan dalam janji di atas kitab suci? jika benar itu sejiwa. duka lara adalah satu, di dua raga. jika benar mencintai bahagiamu pun menemu. kendati, engkau dahulukan untuk kekasih jiwa.

49. kalau engkau punya nyali, mari menari kidang kencana. telah aku siapkan tujuh kembang merupa warna. terhampar di tanah basah. biarkan tapak kaki kakikita merasakan aroma wangi bumi yang telah lama engkau tinggalkan. kerna arus deras mega kota kota.

50. dengan indah engkau rangkai katakata di panggung terbuka memainkan peran. ah,andai engkau juga semai di hatimu, tentu akan tumbuh rimbun seiring waktu. merunduk bersahaja juga sederhana. bukan hanya menjadi hiasan maya sepanjang siang dan malam.

51. melayari malam dengan rakit harap menemu ranah baru. genapkan janji janji yang tertunda. usaikan lelah letih, yang terselubung jelaga fana. Tuhan? aku bertamu, najisku telah lenyap dan sekarang aku menghadap.

52. mengembara angan dasa warsa ke depan. melihat bilik yang hangat juga taman taman dipenuhi hijau daun nuansa hening. di sudut remang telaga bening, bercahaya rembulan kuning keemasan. di jelang pagi, embun pun menari serupa lentik jemari bidadari yang turun penuhi janji bagi para pecinta sejati.

53. sejenak angan melendang jauh tentang catatan di sepanjang jalan yang telah ditempuh. sedari titik bayang yang dapat diingat, hingga berhenti pada saat ini. dapatkah? buih buih jelaga yang menempel itu di imbangi sisa usia? O, padahal ajal sewaktu-waktu bertandang tanpa perlu mengetuk pintu kita.

54. Ibu? aku, menemu malam semu. tapi aku akan tetap kirimkan doa sebagaimana malam malam yang telah lalu.

55. saatnya mempersiapkan pisau, mengupas Buah malam.

56. terdengar sayupsamar dawai melodi biola dewa dewi, mengalun mengiringi sepasang pengantin. membalut tubuh berbusana putih gading. beriringan menuju altar janji suci rumah Ilahi. sematkan cincin tanda ikatan di jemari. senyum mengembang mata berbinar, memandang bentang perjalanan di depan.

57. berirama mengalun tenang, serupa nyayian tembang sinar bentang siang menuju senja, meredup runduk, menemaram leram, lalu malam pun berdzikir dengan kelembutan hati nan suci.

58. sederhana saja yang aku bagi wahai kekasih, namun bisa penuh arti hingga engkau renta nanti, bukan semata harta tapi kata yang bertahta di sanubari.

59. sesuatu yang bermakna, pasti tidak mudah lupa. sesuatu yang bermakna, pasti tidak mudah hilang. sesuatu yang bermakna, pasti tidak mudah luntur. sesuatu yang bermakna, pasti menguatkan. sesuatu yang bermakna, pasti dijaga dan terjaga. dan apakah kita sudah bermakna?

60. darah menggenang di tanah leluhur. sekelompok orang menjarah kubur. ada apa dengan negeri ini tuan? apakah mereka sedang kram otaknya? atau turut jejak Anda yang mengambil rupiah rakyat dengan nilai milyaran?

61. mengertilah kami ingin menuai buah rindu setelah menanam dengan peluh liku, berdua menyusuri rimbunnya daun kasih.

62. tangis dan senyum menyatu melukis rasa haru; menemu bahagia di bentang cinta yang kian memayapada. puisiku sedang meramu; mengeja rautmu yang kian menggodaku di malam ini. sebaiknya engkau percaya saja setapak telah kita lalui, nampak jelas jejak di bentang masa menunggu untuk dituai, dengan linangan airmata syukur pada-Nya.

63. seperti biasa, bercumbu dengan eja kata di gelap malam, yang mulai berkabut dari lereng bukit lempuyang timur kota. sendiri, berteman nikmat kopi sembari mencuri curi pandang potretmu di tepi ranjang. ah, nakal! anginpun turut memainkan parasmu yang menggemaskan.

64. sudah, jangan engkau pandangi terus senja itu, saatnya menerima kenyataan, engkau kini di malam hari; ikhlaskan yang telah lewat, lipat lembaran yang penuh daki itu. lalu, kubur di tanah merahmu. wahai, bukan berarti di sepanjang bentang malam nanti, engkau tidak menemu yang indah bukan?

65. janji tanda jemari menggores kertas. tersunting dalam keterpaksaan, memenuhi ikatan balas budi tibatiba menjadi tali yang sangat liat mengikat erat. bukan hinggap di puncak kuasa yang kumau tapi di pucuk pucuk hijau daun kata, agar aku dapat melihat tumbuh anak-anak kita bermain di taman taman liar yang beraneka warna bunga tanpa sekat.

66. dengan sederhana: sudah ku cukupkan persembahkan katakata serupa doa padamu. sudah aku susun dengan rapi di relung hati ini mewujud sujud di tiap wajibku. sudah aku buatkan peta langkah yang hendak kita lewati. sudah aku penuhi lembaran-lembaran itu mewujud kitab. sudah pula aku meminta pada Langit untuk menurunkan awan yang memayungi kita.

67. sejujurnya saja tadi siang diamdiam aku sembunyikan sebagian cahaya matahari dikota sunyi, nanti di tengah malam aku keluarkan saat orang-orang dibekap dingin. dan sejujurnya juga aku diamdiam sembunyikan sebagian semburat senja di kota sunyi, nanti di sepertiga Jalan aku keluarkan saat orang-orang sujud padaNya.

68. mencipta prasasti cinta di atas lembaran. mengeja satu dua kata di jeda senja. membungkus dengan doadoa malam: di jemur di bawah rembulan.

69. karena terpesona cantiknya katakatamu, kopiku yang hangat di curi angin.



Komentar :

ada 0 Komentar ke “69 Kumpulan Status Facebook I”

Post a Comment

Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam

 
Cheap Web Hosting