Kisah Semanggi Berdaun Empat

Tiba-tiba saya ingin menghadirkan sedikit buah karya dari alex rovira dan fernando trias de bes yang berlatar belakang konsultan terkemuka, saya tempatkan di halaman ruang kata ragam warna samudra biru cinta. mengingat tutur bahasanya yang sederhana tapi memiliki sebuah pemaknaan yang dalam. sepenggal kisah yang mungkin saja akan terus bersambung. di unggah sesuai dengan waktu yang tepat:).

Akan sangat senang jikalau para sahabat mengikutinya dari awal atau berlangganan saja dengan mengirimkan email melalui kotak subscribe kanan atas blog samudra biru ini, tidak perlu cemas email Anda semua akan aman di mesin google feedbunner:) dengan berlangganan secara otomatis feedburner akan mengirimkan postingan kami yang terbaru.

Menciptakan kondisi untuk sukses dalam kehidupan dan bisnis hampir semua orang menginginkannya. dalam legenda Semanggi Berdaun Empat melalui sebuah cerita yang sederhana mampu menggugah rasa.

Ini adalah fabel aneh yang mengajarkan sebuah pelajaran yang berharga. bertutur dengan cerita  fabel tapi di dalamnya ada hal yang dapat kita petik maknanya. di awali pertemuan dua sahabat yang telah lama terpisah kerna sebuah keadaan.

Satu sore yang indah di musim semi, Max seorang usahawan makmur dan bijaksana, dengan berpakaian elegan namun santai, duduk di bangku favoritnya di Central Park dan memandangi banyak pasangan berlalu lalang, anak-anak bermain, dan pohon-pohon berayun ditiup angin semilir.

Max, sedang memikirkan kehidupannya. kaki telanjangnya menginjak rerumputan, yang diselingi dengan semanggi, segalanya tampak menjadi sore yang ingin dia nikmati di central park. seorang Max berusia 64 tahun dan memiliki kehidupan yang penuh dengan keberhasilan.

Tiba-tiba, sesuatu yang tak terduga terjadi. seorang lelaki yang berusia kurang lebih sama 64 tahun, duduk di sampingnya: Jim, Jim terlihat seperti orang yang baru habis dipukuli, seorang lelaki yang lelah, namun seorang lelaki yang meskipun begitu, berhasil tetap dengan kehormatan diri.

Jim seseorang yang telah mengalami banyak masa yang  begitu buruk. bahkan bisa dikatakan hidupnya adalah cukup keras selama 50 tahun terakhirnya. segala hal tidak berjalan dengan baik untuknya dengan waktu yang sangat lama.

Saat Jim duduk di samping Max, mereka saling memandangi, keduanya mengenali dalam mata satu sama lain, ya sesuatu yang tidak asing ....... sangat jauh namun sangat akrab.

"Max?" tanya Jim, menegur.
"Jim?" jawab Max.
"Tidak!" teriak Jim.
"Aku tidak percaya ini!" teriak Max.
Mereka berdiri dan tertawa serta saling memeluk erat.

Max dan Jim dulu adalah sahabat yang sangat dekat. dari saat mereka berusia 2 tahun hingga 10 tahun. mereka bertetangga di bronx, lingkungan miskin. mereka menghabiskan tahun-tahun pertama mereka.

"Aku mengenali mata birumu yang unik," Max berkata pada Jim.
"Dan aku mengenali pandanganmu yang jujur serta tulusmu itu.... pandangan yang dulu kamu punyai ... 54 tahun yang lalu dan tidak berubah sedikit pun," jawab Jim.

Setelah mengenang dan berbagi beberapa memori masa kecil mereka, Max berkata:
Sahabat lamaku, beritahu aku bagaimana keadaanmu. aku melihat sedikit kesedihan dalam mataku."


bersambung ..........


samudrabirucinta.blogspot.com

Komentar :

ada 0 Komentar ke “Kisah Semanggi Berdaun Empat”

Post a Comment

Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam

 
Cheap Web Hosting