kenangan bersama empat sekawan

: ahmad wibowo
kenangan

tas punggung sepatu bergerigi, nampaklah sebagai pendaki yang penuh dedikasi. berempat dalam kata sepakat tertawa dengan penuh percaya dan persiapan yang tidak biasa seperti halnya ke kampus merah putih kita ( kamu tahu padahal hanya gunung ungaran ) bukan himalaya atau puncak jaya wijaya.

ah! tidak sepertimu kawan? ratusan gunung di pertiwi ini sudah engkau cumbui hingga aroma setiap lekuk alam itu kamu kenali pasti. potret juga berbagai batu engkau bawa sebagai tanda bukti katamu suatu hari pada kami. yang berjejer rapi memenuhi salah satu sudut kamarmu yang sempit di kost kita.

wahai engkau jiwa yang merdeka di alam? masihkah di ingatan memukim cerita tentang kita? satu diantara kita muntah kerna jantung tibatiba berpacu tak menentu? satu lagi memerah di raut menahan lelah yang sangat? dan aku sendiri seperti sedang membawa beban yang teramat berat mengerami di kedua kaki.

o, heran benarbenar heran engkau dengan tenang tetap melangkah tanpa hilang dari pandangan lurus ke depan. seakan jejak kakimu sedang berkomunikasi dengan tanahtanah merah di lereng itu. sini sini katamu', aku bawa semua tas rangsel kalian. aih... malunya saat itu kawan, beberapa remaja belia dengan riang mendaki tanpa kelelahan. o, ada apakah dengan kami?

di pos mawar kita berhenti, merawat salah satu dari kami. hahahaha... kita semua tertawa, menertawai kemampuan yang Tidak nampak di awal seia sekata sebagai pendaki sejati. janganlah meremehkan, janganlah menyepelekan, janganlah menganggap enteng, janganlah menyesal bila sudah setengah jalan kita tempuh terus kayuh dan lanjut katamu menyemangati. setelah satu dari kami berkeinginan tak ingin melanjutkan.

malampun tiba tanpa tenda kita rebahkan raga, hilang lelah seketika saat menyaksikan hamparan pemandangan yang tidak pernah dilihat sebelumnya jutaan sinar di kejauhan yang melambai tanpa bisa terucap kata, dalam ketinggian beratap langit dengan mata takjub menerka nerka dalam benak. tentang bintang, tentang bentang langit yang di sinari temaram rembulan, tentang suara makhluk malam yang beraneka ragam serupa alunan symponi yang tak tertandingi, tentang kisah masingmasing dari kita yang entah apa tibatiba saja seperti peluru berdesingan silih berganti dipekat, memberondongi malam itu dengan impian impian tentang kehidupan ke depan.

ya, di tepi hutan cemara malam kita berkisah dan tertawa penuh lepas hingga tandas atawa kerna pengaruh candukah kita? hahahaha, kita tertawa diiringi cekikian sepanjang malam yang kian meruncing dan menusuk jaket dan selimut yang berlapis tembus ke tubuh kita. padahal kopi panas dan juga rokok tak henti menemani berharap mengekalkan keadaan. dan terlelap dengan buaian siliran lembut angin lereng gunung ungaran yang perawan malam itu.

dan mentari pagi pun membangunkan kita dengan sinarnya yang ramah. mensucikan diri dengan air bening lereng pegunungan lantas bergegas mendaki kembali. ah, terimakasih kawan, pengalaman itu meski sederhana tak akan hilang.

tulisan sederhana ini saya tujukan buat kawanku akmad wibowo yang hingga detik ini masih dan entah sampai kapan akan selalu mendaki puncak-puncak gunung tertinggi di Indonesia bahkan Dunia. 

foto: ahmad wibowo

Komentar :

ada 0 Komentar ke “kenangan bersama empat sekawan”

Post a Comment

Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam

 
Cheap Web Hosting