by anto hprastyo
: menjemput di bulan januari 2010
malam dibungkus dingin, satu jam berlalu aku menunggu. di sudut ruang remang kedai kopi bali duduk seorang diri. lalu lalang orang-orang dengan segala tujuan. trolli besi di tarik petugas berderit-derit menggilas koridor penjemputan. roda-roda kecil tas diseret dengan sarat beban diatas ..
hemm.. senyum mengembang, peluk cium terekam ada pula wajah gelisah menatap lekat pintu cermin kedatangan.
aroma kopi di depanku masih saja menggoda rasa. seperempat kini tinggal airnya, hitam legam warnanya
seperti bercerita padaku bagaimana ia melalui perjalanannya hingga sampai akhirnya menerjang kerongkonganku di kedai ini. ah, betapa banyak ilmu yang dapat terurai gumamku. cap bibirku masih nampak melekat di lingir cangkir porselen cina putih susu.
masih tetap sama, orang lalu lalang, trolli berderet kini serupa kereta tak bernyawa menunggu diperhatikan. tas besar kecil rangsel di punggung merangsek seperti meminta segera mengajak pergi. wajah-wajah dengan segala rupa, bungah kala bertemu yang di nanti. cemas kala yang di tunggu tak muncul di balik pintu penjemputan.
begitupun mataku tak lepas menatap lekat pintu keluar kedatangan, mengharap segenap harap sua. untuk kesekian kali usai pengeras suara mengusik sesaat lamunanku. tak lama berhamburan orang-orang keluar seperti tak sabar. kini giliranku beringsut berdiri, melihat pintu yang sedari tadi kutatap lekat.
dari sisi kiri kuamati, menyebar memperhatikan satu persatu dan berharap itu kamu. yaa.. kamu yang telah mengusik hari-hariku, memainkan alam fikirku, membuai dalam bayang indah tentang kamu. menemani sunyi sepiku saat dalam sendiriku.
bentang malam kian beranjak, diantara kerumunan orang-orang itu aku tak menemukanmu, dimana kamu? bukankah ini jadwal burung besi yang membawamu ke kota sunyi ini? ah, ponselku berdering ada sebuah pesan masuk tertulis " assalamualaikum mas anto hprastyo" hemm .. rupanya engkau sudah ada di sekitar tempatku berdiri, di batasi bangunan yang dibiayai dari uang rakyat itu. yang konon menghabiskan milyaran untuk sebuah kenyamanan. dan di sisi yang lain telah menyisakan pedih bagi para pejabat yang sudah diganti. koran-koran lokal berlomba-lomba memberitakan tentang korupsi itu? dan masuklah bui kini, tragis tragis bathinku ..
rinai gerimis kecil menitik menerpa dedaunan taman kecil di koridor penantian, kemerisik suaranya semakin menambah dingin malam. angin dari arah pantai selatan seolah bersiul pertanda akan datang bergelombang. kuhangatkan tubuhku yang hanya memakai kaos oblong hitam dengan bersedekap rapat sesekali ku hisap sekedarnya rokok putih yang sedari tadi setia menemani berharap mengekalkan suhu kulitku.
meski sekujur tubuhku dingin tak mengapa. aku rela menghampar menjadi rerumputan lembut, permadani yang menjagamu dari pucuk-pucuk duri. menjadi alas kakimu agar tetap bersih suci hingga nanti. sebelum langkahmu terhenti dan menepi di sisi ujung istirah malammu.
harum buih kopi kini tak terasa lagi aromanya mengusik nurani. tinggal ampas yang mulai mengering mengendap di dasar cangkir porselen, lerap mengendap tak bergerak. beranjakku meninggalkan kedai itu sembari menyodorkan uang ribuan yang tersisa di kantong celana belelku.
kembali kerumunan orang-orang berhamburan, kini aku meyakini setelah pesan singkat itu masuk ke ponselku, kamu ada diantaranya ..
(bersambung)
cerita di suatu malam penantian
Friday, January 15, 2010
admin
Komentar :
Post a Comment
Sahabat terima kasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bisa memperkuat tali persahabatan online/offline kita. Blog ini Adalah Waqaf onlineku untuk semua, mohon jikalau ada yang tidak benar diluruskan, bagiku menjadi blogger adalah panggilan jiwa untuk membuka ruang bagi saujana. Hidup untuk memberi; Berilmu Amaliyah, Beramal Ilahiyah, Memberi Merupakan Puncak Kebahagiaan. Semoga manfaat. Salam